Minggu, 31 Oktober 2010

Sekjen Kemhan Buka Dua Program Studi Baru Unhan

Pembukaan prodi baru UnhanPada tanggal 27 Oktober 2010, Sekretaris Jenderal Kemhan, Marsekal Madya TNI Eris Heriyanto, mewakili Menteri Pertahanan membuka Program Studi (Prodi) Ekonomi Pertahanan (Defense Economics) dan Prodi Manajemen Bencana untuk Keamanan Nasional (Disaster Management for National Security).

Prodi Ekonomi Pertahanan diikuti oleh 14 mahasiswa, terdiri atas 5 perwira TNI dan 9 dari kalangan masyarakat non TNI. Sedangkan Prodi Manajemen Bencana untuk Keamanan Nasional diikuti 20 mahasiswa, terdiri atas 6 perwira TNI dan selebihnya dari kalangan masyarakat non TNI. Masa pendidikan adalah 18 bulan yang dibagi dalam 4 term, mencakup 42– 44 SKS yang terdiri atas 15 materi pelajaran.

Sekjen Kemhan menyatakan dalam sambutannya bahwa untuk menyongsong dinamika perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta tantangan masa depan di bidang pertahanan, dibutuhkan personel yang berkualitas yang disiapkan melalui pendidikan yang komprehensif dan integratif seperti Universitas Petahanan Indonesia ini. Ungkap Sekjen juga mengungkapkan tentang perlunya kesadaran bahwa di masa yang akan datang peserta didik tidak hanya dituntut mahir dalam menghadapi bidang tugasnya saja, namun harus senantiasa mengembangkan diri agar tetap mampu mengikuti kemajuan dan dinamika ilmu pengetahuan dan teknologi.

Berkaitan dengan Prodi Ekonomi Pertahanan, Sekjen mengingatkan bahwa konteks ancaman pada masa sekarang semakin berkembang dan tidak hanya identik dengan perang, namun kemiskinan, instabilitas harga dan ketidak mampuan untuk memenuhi kebutuhan pokok juga dapat mengakibatkan ancaman berupa keresahan dan kerusuhan sosial. Pemahaman ini menjadi dasar pentingnya kajian dan Prodi Ekonomi Pertahanan. Kajian dan prodi ini diharapkan dapat memperkaya pemahaman dalam mengurai berbagai permasalahan pertahanan negara dalam perspektif ekonomi.

Selanjutnya Sekjen menyampaikan bahwa wilayah Indonesia sangat vulnerable terhadap bencana karena berada di pertemuan tiga lempengan besar yang aktif dan labil. Terlebih lagi kondisi iklim dan cuaca yang berpotensi menimbulkan bencana alam berskala sedang sampai besar seperti banjir, tanah longsor, kebakaran hutan, badai tropis serta kemarau panjang yang dapat terjadi sewaktu-waktu.

Dengan demikian sudah sepatutnya Indonesia mempunyai pendidikan tinggi yang mempelajari fenomena bencana alam tersebut. Dengan latar belakang seperti itulah UNHAN membentuk Prodi Manajemen Bencana untuk Keamanan Nasional, yang memberikan pembekalan tentang tata laksana penanggulangan bencana. Dalam prodi ini, UNHAN bekerjasama dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) guna menyiapkan sumber daya manusia yang profesional dalam menangani masalah-masalah kebencanaan.

Turut mendampingi Sekjen pada acara pembukaan pendidikan dua program studi UNHAN tersebut, Pj Rektor UNHAN Mayjen TNI Dr Syarifuddin Tippe, S.IP., M.Si., Plt Wakil Rektor I Prof. Sri Hartati Dewi RS, Ph.D. dan Plt Komandan Sekolah Kajian Pertahanan dan Strategi Brigjen TNI Ir Ricardo MH Siagian, M.T., M.Sc. Hadir pula para pejabat eselon di lingkungan BNPB, Kemhan, dan TNI.

Rabu, 27 Oktober 2010

Peluncuran Program Studi Baru Manajemen Bencana

logo“Bencana Harus Dikelola Secara Profesional “

Indonesia adalah negeri yang rawan bencana, namun ternyata masih sangat kekurangan tenaga yang profesional di bidang kebencanaan. Mereka adalah tenaga yang mampu merencanakan, mengantisipasi, mengatasi dampak bencana dengan berfikir dan bertindak cepat sehinga mampu mengurangi kerugian materi dan korban jiwa. “Belum banyak yang menyadari pentingnya memahami karakter bencana, bagaimana mengantisipasinya, tindakan apa yang dilakukan jika bencana terjadi, aspek apa saja yang terkena, serta apa efek bencana bagi pertahanan,” ungkap Pejabat Rektor Universitas Pertahanan Indonesia (UNHAN), Mayjen TNI Dr. Syarifudin Tippe dalam peluncuran Program Studi (Prodi) “Manajemen Bencana untuk Keamanan Nasional”, UNHAN, pada Kamis 23 September 2010.

Tippe juga menegaskan, pengelolaan bencana secara profesional sudah tidak dapat ditunda lagi karena tingginya kebutuhan tenaga ahli untuk membantu mengurangi kerugian bencana dan membantu rehabilitasi, “Ide awal dari Panglima TNI, karena setelah peristiwa bencana Yogyakarta, beliau berpikir perlu adanya prodi ini. Keterlibatan TNI dalam penanganan bencana, mulai dari pengerahan pasukan, alat-alat, hingga manajemen di lokasi itu sangat diperlukan”, ujar Syarifudin Tippe.

UNHAN diharapkan mampu melahirkan tenaga ahli Manajemen Bencana, bukan hanya dari unsur militer, tetapi juga sipil. Prodi Manajemen Bencana terbuka untuk sipil umum/PNS dan anggota TNI/Polri dengan syarat lulus ujian TOEFL (minimal 500) dan Tes Potensi Akademik (minimal 550). Seperti tiga prodi lainnya di UNHAN, Program Studi Manajemen Bencana adalah pendidikan tingkat Magister atau S-2 dan memberi beasiswa penuh kepada seluruh mahasiswanya termasuk biaya studi lapangan (field study) ke berbagai universitas di dalam dan di luar negeri. Beberapa perguruan tinggi terkemuka dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dengan antusias mendukung prodi ini dalam merumuskan kurikulum dan tenaga pengajar.

Sebagai gambaran tingkat kerentanan bencana di dunia, Maplecroft, sebuah firma konsultan risiko global dari Inggris yang merilis Indeks Risiko Bencana Alam 2010, meletakkan Indonesia diurutan kedua sesudah Bangladesh. Data Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) menunjukkan, tahun 2009 di Indonesia terjadi 179 kali banjir dengan korban jiwa sebanyak 225 orang dan 158 orang hilang, kerugian material mencapai Rp 5,3 triliun. Selain faktor alam bencana juga bisa terjadi akibat perbuatan manusia seperti kebakaran hutan, kebocoran minyak atau kecelakaan besar di obyek-obyek vital.

Prodi Manajemen Bencana ini melengkapi tiga program studi yang sudah dimiliki UNHAN selama ini yakni Strategi Perang Semesta, Manajemen Pertahanan, dan Ekonomi Pertahanan.

Penjelasan lebih lanjut hubungi: Kaprodi Manajemen Bencana untuk Keamanan Nasional Letkol CKM dr Ben Yura Rimba MARS. Telp 081284725999. www.idu.ac.id