Rabu, 27 Oktober 2010

Peluncuran Program Studi Baru Manajemen Bencana

logo“Bencana Harus Dikelola Secara Profesional “

Indonesia adalah negeri yang rawan bencana, namun ternyata masih sangat kekurangan tenaga yang profesional di bidang kebencanaan. Mereka adalah tenaga yang mampu merencanakan, mengantisipasi, mengatasi dampak bencana dengan berfikir dan bertindak cepat sehinga mampu mengurangi kerugian materi dan korban jiwa. “Belum banyak yang menyadari pentingnya memahami karakter bencana, bagaimana mengantisipasinya, tindakan apa yang dilakukan jika bencana terjadi, aspek apa saja yang terkena, serta apa efek bencana bagi pertahanan,” ungkap Pejabat Rektor Universitas Pertahanan Indonesia (UNHAN), Mayjen TNI Dr. Syarifudin Tippe dalam peluncuran Program Studi (Prodi) “Manajemen Bencana untuk Keamanan Nasional”, UNHAN, pada Kamis 23 September 2010.

Tippe juga menegaskan, pengelolaan bencana secara profesional sudah tidak dapat ditunda lagi karena tingginya kebutuhan tenaga ahli untuk membantu mengurangi kerugian bencana dan membantu rehabilitasi, “Ide awal dari Panglima TNI, karena setelah peristiwa bencana Yogyakarta, beliau berpikir perlu adanya prodi ini. Keterlibatan TNI dalam penanganan bencana, mulai dari pengerahan pasukan, alat-alat, hingga manajemen di lokasi itu sangat diperlukan”, ujar Syarifudin Tippe.

UNHAN diharapkan mampu melahirkan tenaga ahli Manajemen Bencana, bukan hanya dari unsur militer, tetapi juga sipil. Prodi Manajemen Bencana terbuka untuk sipil umum/PNS dan anggota TNI/Polri dengan syarat lulus ujian TOEFL (minimal 500) dan Tes Potensi Akademik (minimal 550). Seperti tiga prodi lainnya di UNHAN, Program Studi Manajemen Bencana adalah pendidikan tingkat Magister atau S-2 dan memberi beasiswa penuh kepada seluruh mahasiswanya termasuk biaya studi lapangan (field study) ke berbagai universitas di dalam dan di luar negeri. Beberapa perguruan tinggi terkemuka dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dengan antusias mendukung prodi ini dalam merumuskan kurikulum dan tenaga pengajar.

Sebagai gambaran tingkat kerentanan bencana di dunia, Maplecroft, sebuah firma konsultan risiko global dari Inggris yang merilis Indeks Risiko Bencana Alam 2010, meletakkan Indonesia diurutan kedua sesudah Bangladesh. Data Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) menunjukkan, tahun 2009 di Indonesia terjadi 179 kali banjir dengan korban jiwa sebanyak 225 orang dan 158 orang hilang, kerugian material mencapai Rp 5,3 triliun. Selain faktor alam bencana juga bisa terjadi akibat perbuatan manusia seperti kebakaran hutan, kebocoran minyak atau kecelakaan besar di obyek-obyek vital.

Prodi Manajemen Bencana ini melengkapi tiga program studi yang sudah dimiliki UNHAN selama ini yakni Strategi Perang Semesta, Manajemen Pertahanan, dan Ekonomi Pertahanan.

Penjelasan lebih lanjut hubungi: Kaprodi Manajemen Bencana untuk Keamanan Nasional Letkol CKM dr Ben Yura Rimba MARS. Telp 081284725999. www.idu.ac.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar